Sightseeing from Melbourne

Australia










Salah satu indikator negara maju adalah kesejahteraan sosial yang memadai bagi warganya yakni antara lain jaminan pendidikan, jaminan kesehatan, kesempatan kerja serta kesetaraan sesama warga yang memiliki hak dan perlindungan hukum. Hal ini menempatkan Australia sebagai negara maju dengan mata uang yang terus meningkat menyaingi mata uang US Dollar. Berkenaan dengan kesetaraan, ketika Perdana Menteri Kevin Rudd terpilih menjadi PM Australia tahun 2008, secara resmi beliau memberikan pernyataan meminta maaf kepada “Generasi yang Terampas” atau “ Stolen Generations” atas nama pemerintah Australia.

Stolen Generations adalah istilah yang digunakan untuk anak-anak Aborigin dan penduduk Selat Torres yang diambil paksa dari keluarga mereka berdasarkan kebijakan pemerintah yang lalu. Permintaan maaf tersebut memperoleh dukungan penuh di parlemen. Dan pemerintah Australia menjanjikan dana sekitar 270 juta AUD untuk memperbaiki kesehatan, dan perkembangan anak-anak aborigin serta untuk biaya konseling agar generasi yang terampas menjalin hubungan kembali dengan orang-orang yang mereka cintai.


Yang menarik disini adalah permintaan maaf tersebut merupakan jembatan penting dalam membangun rasa hormat kepada penduduk pertama Australia dan sebuah lambang pemulih atas kesalahan-kesalahan dimasa lalu. Meminjam istilah Menteri Perumahan, Pelayanan Sosial dan Urusan Penduduk Asli Australia, Jenny Macklin, “a first step, necessary step to move forward from the past”.

Welcome to Melbourne
Wominjeka, artinya selamat datang. Bagi penduduk Aborigin tempat yang dikenal dengan nama Melbourne telah menjadi rumahnya sejak dahulu., kota ini menjadi tanah tempat tinggal turun temurun dari Keluarga Boonewurrung dan Woiwurrung. Setelah ditemukan tambang emas tahun 1851 menjadikan kota ini kota keberuntungan yang kaya raya sehingga para imigran dari negara koloni hijrah ke Melbourne. Kini Melbourne berkembang menjadi kota metropolitan dan ‘urban city’ dengan perkiraan populasi empat juta orang. Sebagai ibukota dari negara bagian Victoria, Melbourne menjadi kota nomor dua terbesar di Australia dan menjadi pusat seni budaya, pendidikan, perdagangan, hiburan, olah raga dan pariwisata.

Memasuki Kota Melbourne di akhir Bulan Oktober merupakan awal musim semi. Cuaca berkisar 9-20 derajat Celcius. Udara cukup sejuk, meski terkadang terasa dingin untuk yang terbiasa tinggal di daerah tropis.

Menghirup udara bersih, menatap langit biru, menapaki jalan-jalannya yang bersih, mengagumi bangunannya yang cantik, melihat rindangnya pepohonan, warna-warni bunga dan rerumputan hijau terhampar di taman serta menikmati hembusan udara sejuk nan alami, itulah keinginanku berkunjung ke Melbourne. Pernah sekali berkunjung kesini bersama suami, tapi itu sudah lama sekali. Alhamdulillah, kesempatan itu tiba ketika seorang teman dekat, Mbak Elly Winarno mengajakku menemaninya untuk menengok puteranya, Rendy Aditya yang sedang kuliah di Royal Melbourne Institute of Technology atau RMIT. Rendy mahasiswa Teknik Elektro, menjadi kebanggaan kita semua, sebagai mahasiswa asal Indonesia dengan raihan nilai atau prestasi dengan kategori terbaik, semoga mendapatkan Golden Key dengan kemudahan mendapatkan PR atau Permanent Resident. Amiin.


Kami tinggal di Apartemen Mantra on Russel, apartemen tempat Rendy tinggal. Terletak di downtown atau city, dengan lokasi strategis. Tidak perlu naik mobil untuk ke pusat perbelanjaan Myer atau David Jones, dekat dengan Federation Square dan Flinder Street Station. Bila dirasakan jauh, dapat naik trem ke tempat yang dituju dengan berjalan kaki sebentar ke arah Bourke Street. Ya, kota ini terkenal dengan tremnya, yang membuat para pejalan kaki mudah menjangkau tempat-tempat yang dituju. Beberapa tempat atau daerah seperti St Kilda atau Chapel Street bahkan terdapat lajur untuk pesepeda. Tak pelak kota ini mendapat julukan “World’s Most Livable City”. Kota yang tertib, teratur, indah dan nyaman. Bersama Mbak Elly, Yu Emmi, Rendy, Amanda dan Nia saya berkesempatan melihat keindahan Kota Melbourne, seperti mimpi rasanya..

Melbourne Icons.
Kesempatan saya yang pertama adalah mengunjungi tempat-tempat yang menjadi icon Melbourne, yakni Flinder Street Station yang letaknya tidak jauh dari Federation Square. Kebetulan saat itu sedang ada Festival Indonesia di Federation Square yang menampilkan tari-tarian, musik dan makanan khas Indonesia. Kami menuju kesana bersama Yu Emmi dengan diantar Amanda. Teringat sewaktu di pesawat, kami sempat satu rombongan dengan delegasi seni asal Makassar, katanya mereka sedang gencar mempromosikan Visit Makassar Year 2011 untuk warga Australia agar berkunjung ke Indonesia, khususnya Makasar. Kami lihat banyak pengunjung yang hadir, mereka memadati area panggung untuk menonton dari dekat tari-tarian dari berbagai wilayah di Indonesia. Yang ramai juga ada stan makanan. Beragam makanan asal daerah di Indonesia dijajakan disini. Ada Sate Padang, Soto, Bakwan, Bakso, dll. Yang antri sampai panjaang adalah stan makanan Palembang. Banyak yang ingin mencicipi Mpek-mpek Palembang. Amanda bersedia mengantri untuk mendapatkan semangkok mpek-mpek. Katanya dia sudah lama tidak makan ini. Amanda adalah karyawati, yang dahulunya juga kuliah di Melbourne.

Dari Federation Square, kami mengambil gambar Flinder Street Station, yang merupakan salah satu ikon Kota Melbourne. Bangunan ini merupakan stasiun kereta yang dibangun tahun 1910, yang merupakan pusat transportasi para warga Vicotria untuk bepergian dari dan keluar kota.












Selain Flinder Street Station, ada juga bangunan lama yang menjadi Icon Melbourne, yakni The Shrine of Remembrance yang didirikan untuk mengenang jasa perjuangan 114.000 Pahlawan Victoria pada masa Perang Dunia I. Dibangun tahun 1928 dan 1934.
Satu lagi bangunan terkenal di Melbourne adalah St Paul’s Cathedral yang dibangun tahun 1877 dan 1891.














A City of Gardens


Mengunjungi Melbourne, tidak lengkap bila tidak mengunjungi taman-tamannya yang indah. Public Area atau lahan terbuka cukup banyak, dengan pohon yang rindang dan taman-tamannya yang indah. Ada Royal Botanic Garden, Fitzroy Garden, Yarra Park, Treasury Garden, Carlton Garden, Flagstaff Garden dan masih banyak lagi taman-taman. Disini tamannya hijau, luas dengan bunga-bungan yang indah. Membuat Kota Melbourne terasa sejuk, karena bebas polusi. Sungguh, membuat sirik, iri, dengki saya sebagai warga Jakarta, maaf, maaf.. Jakarta semakin terasa tidak nyaman untuk tinggal, karena semakin sumpek dan padat. Ini curahan hatiku yang paling dalam sebagai warga kelahiran Kota Jakarta. Hu..hu.. hiks.

Royal Botanic Gardens ditemukan than 1846, sebuah taman dengan warisan botani dan landscape yang indah. Taman ini seluas 38 hektar terdiri dari 52.000 tanaman, dengan 10.000 berbagai spesies dari berbagai belahan dunia. Mengunjungi taman ini dikala musim semi sangat indah, banyak bunga warna warni bermekaran. Subhanallah. Terdapat pula beberapa danau didalamnya. Awalnya, taman ini dipimpin oleh Botanis, Baron F Von Mueller dan William Gilfolye. Selain taman, ada Garden Shop dan Café. Disini juga ada pendaftaran untuk kelas melukis bunga.. waduh senangnya yang ingin belajar melukis disini. Selain itu mereka juga memberi kesempatan bagi penduduk untuk mengenal Kebudayaan Aborigin melalui “Aborigin Heritage Walk”, dimana pengunjung dapat memahami kekayaan warisan lokal Boonwurrung dan Woiwurrung seperti tumbuhan atau tanaman yang mereka gunakan, baik untuk makanan, obat-obatan, peralatan, dan upacara.

Fitzroy Garden


Saya mengunjungi Fitzroy Garden, ditemani Mbak Elly. Awalnya kami ingin menuju Cook’s Cottage yang berada di Fitzroy Garden. Jalan kaki dari Mantra on Russel menuju Parliament House, melewati St Patrick’s Cathedral sebuah gereja dengan taman-taman bunganya yang indah. Kebetulan bertemu dengan dua orang pendeta yang menunjuki kami jalan menuju Cook’s Cottage. Mereka mempersilahkan kami masuk ke halaman gereja untuk lihat-lihat. Kesempatan ini kami manfaatkan untuk foto-foto. Mbak Elly sangat terkesan dengan tamannya. Ada bunga yang mirip Sakura. “Apa itu Bunga Sakura ya? Cantik sekali bunga-bunganya”, kata Mbak Elly. Setelah berfoto ria, kami melanjutkan perjalan lagi. Meski jauh tapi tidak terasa lelah, mungkin karena pemandangan yang bagus dan udara yang sejuk. Akhirnya kami sampai di Fitzroy Garden, memang benar, tamannya indah. Pohon-pohon yang tinggi, rumput yang luas, bunga warna-warni tertata rapi.. hmm .. cantik banget. Mbak Elly teringat cucu-cucunya, katanya nanti kalau kesini pasti mereka lari-larian kesana kemari.













Cook’s Cottage. Adalah sebuah rumah mungil yang konon pernah ditempati oleh keluarga Captain Cook atau dikenal dengan nama James Cook (27 Oktober 1728–14 Februari 1779) adalah seorang penjelajah dan navigator Inggris. Ia mengadakan tiga perjalanan ke Samudra Pasifik, pernah mampir ke Batavia (Jakarta) dan berhasil menentukan garis-garis pantai utamanya. Cook adalah orang Eropa pertama yang mengunjungi Hawaii. Selain itu, dia juga merupakan orang Eropa kedua yang berhasil mencapai Selandia Baru (setelah Abel Tasman) dan berhasil memetakan seluruh garis pantainya. Didalam rumah mungilnya ini terdapat dapur, ruang tidur utama, ruang tidur anak-anaknya dengan perabotan dan perlengkapan rumah tangga yang antik. Para petugas atau tour guide mengenakan pakaian Old Voctorian. Sekitar rumah ditumbuhi tanaman perdu yang berbunga warna-warni. Juga disediakan pakaian kuno, yang bisa kita pakai untuk berfoto ria. Bagus banget suasananya disini. (Waktu membuat tulisan ini baru sadar, bahwa ternyata kami berkunjung kesini bertepatan dengan hari kelahiran James Cook). Dari rumah James Cook, kami mampir ke café yang juga didalam taman Fitzroy. Minum segelas cokelat hangat, dengan Carrot Cupcake sambil menikmati pemandangan taman yang indah, sungguh luar biasa rasanya.. Subhanallah..

Carlton Gardens


Seperti taman-taman lainnya, tentu saja banyak pohon rindang dan padang rumput yang hijau. Namun disini terdapat air mancur yang cantik. Dan terisitimewanya lagi ada Gedung Royal Exhibition dan Melbourne Museum. Saat itu sedang degelar pameran mobil-mobil kuno di Royal Exhibition. Keren banget. Dengan “juru foto” Rendy dan Amanda”, kami semangat sekali berfoto ria di taman ini..



Out and About In Melbourne

Banyak yang bisa dikerjakan di Melbourne, bagi yang suka shopping, disini tempatnya. Berbagai butik, dan department store tampak terlihat megah dan indah. Berkeliling ke city untuk melihat-lihat alias cuci mata juga menyenangkan. Ada Mall yang besar dan terkenal seperti Myer dan David Jones, ada supermarket Big WW, ada Target, Cotton-in, Reject Shop, Priceline (kosmetik), IKEA (Furniture) sampai ke perlengkapan bumbu-bumbu masak khas juga ada, seperti beberapa toko Asian Grocery. Kami sempat beberapa kali ke Laguna yang menjual bumbu-bumbu masak khas Indonesia. Yu Emmi memang pintar masak. Selama di Melbourne, kami senantiasa disediakan makanan yang enak-enak. Pagi hari, nasi goreng atau mie jawa atau sambal ikan peda dengan nasi panas, hmm lezaat. Siang hari soto, empal daging, bakwan jagung, perkedel, Tumis Kangkung, dll .. semuanya sedap. Top banget deh. Terimakasih Yu Emmy.


Mau belanja sayuran atau daging serta souvenir yang bagus dan murah, silahkan kunjungi Queen Victoria Market, sebuah pasar tradisonal yang bersih dan apik. Dengan membawa trolly dari rumah, naik trem sekitar 10 menit, tibalah kami di Vic Mark. Kami sempat beerbelanja keperluan memasak untuk beberapa hari kedepan. Kesempatan tersebut saya manfaatkan juga untuk membeli beberapa kaos dan souvenir khas Melbourne. Ada beberapa orang Indonesia yang berjualan kaos dan cendera mata . Kami sempat bertemu dengan seorang wanita Indonesia yang berjualan kaos. Suaminya sedang kuliah disana untuk mengambil gelar PhD.

Kalau mau lihat-lihat “The Bold and Beautiful”, coba deh jalan-jalan ke Chapel St Precinct. Bersama Mbak Elly dan Yu Emmi, kami naik Trem nomor 8 (kalau tidak salah) dari Swanston Street kurang lebih 20 menit tiba di Chapel. Disini tempatnya anak muda hang-out. Pertokoannya terdiri dari butik-butik kelas mewah produk asli Australia (Australia Branded). Keren banget, Mbak Elly bilang kalau mau lihat orang Australia bergaya, lihat deh disini.. mereka benar-benar cantik dan modis. Disini tempatnya anak-anak muda gaul.. seperti Kemangnya Jakarta. Wow, the good things in life.. fashion, food, entertainment and style. Chapel Street merupakan satu dari “Melbourne’s premier shopping and entertainment strips” dengan lebih dari 980 toko atau butik, cafés, restoran, bar, pub dan nightclub. Daerah ini terkenal dengan sebutan Melbourne’s fashion and style capital. Lelah putar-putar, lalu kami makan di Restoran Jepang, yang kata Mbak Elly enak banget.. dan ternyata memang sedaaap. Thanks a lot mbak..

Yarra River

Tidak saja taman-taman yang indah, Melbourne memiliki Yarra River, sungai yang melewati kota dan taman, membentang dari Docklands melewati Federation Square, Royal Botanic Garden, Citilink dan seterusnya..sampai jauh.. Menuju Yarra River, kami telebih dahulu melewati Flinder Street Station. Dari samping stasiun, ada tangga lalu turun menuju Southgate. Dari sana kami menyeberangi jembatan. Tampak di sungai beberapa orang naik kano. Bila ada yang ingin naik cruise, disini tempatnya ‘departure point’ Melbourne River Cruises. Melihat-lihat pemandangan sekitar sungai senja hari, sambil menikmati secungkup es krim.. hmm sungguh nikmat.

Southgate terletak di kawasan South bank of the Yarra, daerah ini merupakan tempat yang menyenangkan untuk makan dan bersantai, dari restoran eksklusif hingga Wharf Food Market. Ada kompleks hiburan yang terkenal, Crown. Disini tempatnya casino. Menikmati pemandangan senja ditepi sungai hingga malam hari disini sangat indah.. lampu-lampu dari gedung-gedung berkelap kelip seperti permata.. benar-benar indah. This is a must-visit place.





Wildlife viewing – Phillip Island



Hal yang menakjubkan bagi saya adalah ketika berkunjung ke Philip Island untuk menyaksikan kehidupan binantang mungil, Burung Pinguin yang senantiasa mengikuti ritual rutinnya mengunjungi Phillip Island yang konon datang dari Kutub Selatan.


Bersama Yu Emmi, saya mengikuti paket tour. Perjalanan dari Melbourne ke Phillip Island, kurang lebih 90 menit. Dalam perjalanan tersebut, kami mampir ke peternakan “Warook Cattle Farm”, menikmati suguhan ‘high tea’ berupa teh/kopi dan muffin. Disana terdapat burung dan binatang ternak seperti kuda, domba, sapi, juga ada kanguru, wombats dan lainnya. Rumah peternakan untuk rehat minum teh, sangat apik dengan bunga-bunga indah dihalaman belakangnya. Tidak mau rugi, kami pun mengambil gambar disekitar rumah tersebut. Maklum, kami pencinta bunga..















Dari Warrock Cattle Farm, kami mampir ke pabrik coklat Panny’s. Menikmati tester coklat yang menurutku sangat sedikit.. (habis suka banget coklat). Dan memang coklat disini rasanya seperti Coklat Belgia. Enak deh..

Setelah itu kami mampir ke Koala Conservation. Menyaksikan dari dekat Koala yang bergelantungan di pohon, menikmati hutan dimana Koala tinggal. Habitat Koala adalah di pepohonan Eukaliptus. Meski terlihat lucu, sebenarnya Koala adalah hewan yang “powerful”, dia bisa menggigit dan mencakar untuk melindungi dirinya. Hewan ini sangat dilindungi oleh Pemerintah Australia. Selain Kanguru, Koala termasuk Ikon binantang Australia.




Tibalah kami di lokasi pengintaian Pinguin. Waktu menunjukkan pukul 7.30 malam. Biasanya penguin tiba di tepi pantai dari perjalanannya sekitar pukul 9 malam. Kami menanti di tempat pengintain. Benar saja, mereka datang berkelompok, lucunya mereka jalan berbaris, seperti berparade. Binatang ini kecil mungil dan menggemaskan. Rupanya penguin disini memang kecil mungil. Kalau di Afrika Selatan, mereka besar-besar, bahkan ada yang setinggi meja makan. Sejak tahun 1920, para pengunjung sering menyaksikan parade Pinguin, kini kabarnya sebanyak 500.000 pengunjung sudah datang ke tempat ini.

Ada kejadian lucu, ketika kami hendak membuka bekal makanan ditempat pemantauan, burung-burung laut datang mendekati kami. Yu Emmi sebenarnya membawa bekal makanan nasi dan lauk pauk, tapi sepertinya kurang memungkinkan kami makan nasi disana. Kebetulan sempat membeli pizza di Nobbies, lalu ketika hendak melahap Pizza, karuan burung-burung tersebut hendak mencaplok makanan kami.. akhirnya batal acara makan pizza. Sang burung yang gagal mencaplok pizza membuang kotorannya di jaket Yu Emmy. Haaa… mungkin sang burung kesal,, he..he.. Begitu pula ketika seorang pemuda sedang memakan roti, tak pelak roti itupun disambar burung. Pesan moralnya disini adalah, harap perhatikan penguin baik-baik, jangan disambi dengan makan makanan. He..he..

Perjalanan ke Philip Island membutuhkan waktu seharian. Berangkat dijemput dari tempat kami di Mantra on Russel pk 12.55. Tiba kembali di rumah Pk 11 malam. Harga paket tour ini $105. Bis besar dengan toilet didalam. Sebenarnya ada paket yang lebih murah, sekitar $72, bis lebih kecil, namun tour guide berbahasa Mandarin, dan tidak mendapatkan paket minum teh, tidak diantar/dijemput ditempat. Melainkan kumpul di tempat travel biro. Oh y jangan lupa membawa baju penahan dingin. Karena udara disini dingin sekali.
------

Banyak lokasi bagus nan indah di Melbourne. Ada St Kilda Beach, Hutan Dandenong, Yarra Valley, Sovereign Hill dan Historic Ballarat, Great Ocean Road, serta tempat-tempat indah lainnya.. Mudah-mudahan lain kesempatan saya bisa ceritakan disini.


Terima kasih untuk yang sudah berbaik hati memberi berbagai fasilitas dan kemudahan:
Ibu Elly Winarno, Rendy Aditya Winarno, Yu Emmy Yassin, Amanda dan Nia.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semuanya.. Mohon maaf bila ada kesalahan.



31 Oktober 2010.
-Meita-

Comments

Unknown said…
setelah saya membaca sungguh sangat berbeda sekali dengan indonesia ya ibu kecantikan kota its amazing beautiful and this so wonderful yang tetap alami di jaga menimbulkan semua orang iri dan pengen terus berlama2 disana he..he..he :-)

Popular posts from this blog

Safari Dakwah Ranah Minang

Pengalaman berobat ke Melaka (2)

How Lucky You Are