Tour Padang-Bukitinggi

Alumni FISIP UI (angkatan 76 plus).

Sumatera Barat terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah. Tak heran bila menjadi salah satu objek wisata andalan di tanah air. Pemandangan dari Padang menuju Bukittinggi dan menuju kawasan wisata lainnya sangat indah. Hamparan sawah hijau, sungai, bukit, air terjun, danau, lembah dan pemandangan cantik lainnya, membuat mata ini tidak habis-habisnyanya mengagumi ciptaan Allah di Bumi Minang ini.

Namun sayang, beberapa bulan yang lalu, tepatnya 30 September 2009 Gempa 7,6 Skala Richter mengguncang wilayah ini yang berpusat di 57 km dari Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) getarannya yang dahsyat terasa hingga Malaysia dan Singapura. Korban jiwa banyak berjatuhan dan bangunanpun banyak yang hancur.

Kami Alumni FISIP UI sedianya akan berkunjung Bulan Oktober 2009. Karena gempa tersebut, rencana yang sudah djadwalkan jauh hari akhirnya diundur menjadi tanggal 11-13 Desember 2009.

Jumat, 11 Desember 2009, Pukul 5 pagi kami sudah berkumpul di Bandara International soekarno Hatta. Jadwal keberangkatan pesawat Garuda yang kami tumpangi, akan berangkat pukul 6.00. Semua tampak semangat dan wajahnya ceria.. bagaimana tidak hari yang sudah lama dinantikan akhirnya tiba juga. Tapi ada lho yang saking semangatnya ada yang salah tanggal, datang satu hari sebelumnya.. pas sudah di bandara.. baru sadar kalau seharusnya berangkat besok. Waduh.. untung salah tanggalnya bukan sehari sesudahnya. He..he.. Di Bandara tampak Mbak Ida Syahranie sibuk membagikan Pin, lalu Mas Arief membagikan buku panduan perjalanan. Peserta tour berjumlah 36 orang. Sebagian besar Alumni FISIP UI angkatan 76.





Karena Padang baru dilanda gempa, tour kali ini ditambah acara bakti social pemberian sumbangan sebagai tali kasih untuk anak-anak korban gempa yang sekolahnya hancur. Yakni SD Negeri 11 Padang Pariaman. Mbak Linda I Tobing, tampak sibuk mengumpulkan dan menghitung uang dari peserta tour. Alhamdulillah terkumpul sejumlah dana yang cukup memadai untuk sumbangsih pembangunan gedung sekolah yang langsung diserahkan kepada guru di sekolah tersebut. Anak-anak sangat senang dengan kedatangan kami.. Dari wajahnya yang gembira tidak tampak kesedihan bahwa daerahnya telah dilanda guncangan gempa yang dahsyat. Tampak di kiri kanan jalan rumah-rumah yang hancur . ada yang sedang diperbaiki, dan ada yang dibiarkan begitu saja.


Obyek wisata pertama yang kami lewati adalah Air Terjun Lembah Anai. Konon airnya bisa bikin awet muda.. Saat tiba, hujan turun rintik-rintik, beberapa peserta agak enggan untuk keluar dari bus. Tapi ada juga yang susah payah naik tangga lalu turun munuju tepi telaga lalu meraup wajahnya.. sampai rambutnya basah.. Eh.. benar lho.. wajahnya berubah jadi “bayi” hi..hi..

Waktu menunjukkan pukul 11.00. Meski belum waktunya makan siang, tapi perut sudah terasa lapar. Maklum, banyak yang belum sarapan. Rombongan yang terdiri dari 2 bus itu mampir di Warung Sate Padang Ma’Syukur. Hmm nikmat deh.. semua menyatap dengan lahap. Bumbu padangnya terasa bangett.. (terang aja ini kan di Padang he..he..).

Rombongan melanjutkan perjalanan menuju Bukittingi. Menurut tour guide Pak Odri, bahwa hotel-hotel di Padang banyak yang rusak akibat gempa, sehingga wisatawan disarankan untuk menginap di Bukittinggi. Tapi memang dari awal kami rencananya menginap di Hotel The Hills (dahulu Novotel) kawasan Bukittinggi. Sebelumnya kami mampir terlebih dahulu di Pandai Singke, sebuah kawasan yang banyak memproduksi kain songket.

Dipilih..dipilih.. dipilih… begitulah para ibu kalau sedang belanja. Sementara peserta pria sebagian besar cuma jadi penonton saja. Paling-paling Cuma potret sana sini. Kain songket disini bagus-bagus dan halus. Mbak Tuty dan Mbak Susi tampak terkagum-kagum dengan hasil tenunannya. Mbak Tyo sibuk memilih kerudung warna-warni. Kabarnya Orang Malaysia sangat suka dengan kerudung payet dan sulaman Padang. Mbak Debby sibuk pilih-pilih bando. Katanya, bando disini unik.. dibuat dari kain songket. Gak ada dimana-mana, kecuali di Padang. Mbak Etty sibuk cari nomor ukuran sandal. Ternyata, meski disini tempatnya kain songket, tapi ternyata pada suka sandal kulit. Hampir semua beli sandal.. langsung dipakai dan diberi nama.. takut ketukar katanya.. ih norak ya..? he..he.. Gak terasa waktunya sholat Jumat.. para bapak memisahkan diri untuk sholat, karena kalau menunggu para wanita belanja kelamaan dan lagi gak enak.. jadi gak khusyu belanjanya.. eh sholatnya.. Selesai dari sana makan siang diRestoran Gulai Bebek Cabai Hijau. Kalau untuk lidah orang Jakarta mungkin terasa asin. Tapi banyak juga yang suka, bahkan ada yang pesan untuk diantar ke hotel menjelang pulang untuk dibawa ke Jakarta.

Tiba di Bukittingi, kami mampir ke Obyek Wisata Ngarai Sianok dan Goa Jepang. Namun karena sedang ada perbaikan, Goa Jepangnya ditutup. Rombongan cukup senang menikmati pemandangan Ngarai sianok yang indah.. Tak lupa foto bersama.. serunya.. monyet-monyetpun turut serta berfoto ria..


Tiba di Bukittinggi.. langsung masuk hotel terus “lempar” koper, dan langsung balanjo.. balanjo.. karena tiba di penginapan waktunya sudah sore, sedangkan pasar menjelang Maghrib tutup. Pasar Atas tempat tujuan belanja berikutnya terkenal dengan berbagai produk kerajinan, dari songket, mukena, kerudung, pashmina, kemeja koko, bahan sulaman, dll. Beberapa waktu lalu sebelum gempa, pasar ini ramai pembeli. Tidak saja wisatawan lokal, tapi juga dari mancanegara. Menurut pemilik toko, sekarang ini sepi. Jarang turis datang. Oleh karena itu mereka sangat mengharapkan wisatawan datang kesini membeli hasil kerajinan rakyat Minang.

Esoknya setelah sarapan, kami menuju ke Lembah Harau yang terkenal dengan Lembah Echo.. Hamparan sawah hijau, rumah penduduk yang berciri khas, rumah adat dengan atap “tanduk kerbau”, bukit dan lembah.. juga hutan Lindung.. benar-benar cantik. Lembah Harau berdinding batu ala Grand Canyon, dibagian lainnya ada Lembah Echo.. yang bila berteriak suara kita memantul. Si Bang Lubis ikut mencoba berteriak “Woi..!” Eh benar lho ada gemanya.. Sayang waktu itu beberapa tempat banjir, karena hujan cukup lebat sebelum kami tiba ditempat ini..


Rumah Adat Minang memang khas. Sempat juga kami mampir ke Istana Silinduang Bulan, yakni istana milik Ibu Suri Kerajaan Pagaruyung. Tidak sah rasanya kalau tidak berfoto bersama disini. Meski hujan gerimis.. session foto bersama tentu tidak boleh terlewatkan..

Tidak sah kalau ke SumBar tidak berkunjung ke danaunya yang terkenal. Ada dua danau, yakni Danau Singkarak dan Danau Maninjau. Danau Singkarak adalah danau terbesar di propinsi ini. Terkenal dengan Ikan Bilihnya. Beberapa peserta tour membeli ikat bilih untuk dibawa ke Jakarta.. waduh.. amis.. tapi kalau sudah digoreng gurih dan uenakk..


Danau Maninjau terkenal dengan kelok 44nya. Harus berhati-hati ketika menyusuri kelokannya. Benar-benar takjub bila kita berada diketinggian untuk melihat danau.. warna alam langit yang biru, berbaur dengan warna danau biru tua, lalu sawah dan pepohonan yang hijau.. serta bunga-bunga merah kuning oranye.. benar-benar perpaduan warna yang sangat indah.

Subhanallah …Tidak bisa dilukiskan satu persatu pemandangan yang ada.. ciptaan Allah benar-benar sempurna. Tinggal kita harus pintar mengelolanya.. jangan merusak keindahan alam.. jaga keseimbangannya, jaga kebersihan dan lingkungannya. dan Jangan membangun gedung diatas bukit. Sedih melihat gedung mewah pemerintah setempat yang harus mengorbankan bukit hijau.. juga penggalian tanah bukit untuk bangunan… hu..hu… ingin nangis rasanya kalau ingat itu..

Kembali ke Jakarta, penuh dengan kenangan manis bersama teman, mbak-mbak dan mas-mas sekampus, meski gak pernah kuliah bareng (karena beda angkatan denganku). Tapi keakraban terjalin dengan indah.. Bercanda dan serunya makan durian ramai-ramai.. sampai ada yang mabok durian.. he..he.. Semuanya berkesan..

Terima kasih untuk panitya yang di komandoi oleh Mas Anton Natakoesoemah dan Mas Arief Hidayat, serta panitya lainnya, Mbak Kusumastuti, Mbak Ida Syahranie, Mbak Linda, Mbak Farida, dkk. Tour ini seperti perjalanan wisata yag diatur oleh agen perjalanan wisata. “Well Prepared and Well Organized”. Two thumbs up for all of you..


Salam,
Meita
Angkatan 84

Comments

Popular posts from this blog

Safari Dakwah Ranah Minang

Pengalaman berobat ke Melaka (2)

How Lucky You Are